Tentu saja diskusi yang baik adalah dalam rangka menambah ilmu dan mencari kebenaran. Karena pada masa sekarang, tidak sedikit pula diskusi yang isinya hanya perdebatan, saling ejek, dan hal sia-sia lainnya. Inilah yang akan kita jabarkan secara singkat, beberapa etika diskusi, sekaligus hal-hal yang harus kita hindari dalam diskusi.
Pertama, Luruskan niat untuk mendapatkan ridha Allah.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tujuan diciptakan kita di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah, maka segala perbuatan kita mestinya bernilai ibadah. Pengertian ibadah sendiri adalah mencakup semua hal yang diridhai Allah. Dengan demikian, niatkan diskusi untuk menambah ilmu, mencari kebenaran, berdakwah, menambah saudara, dan hal-hal lain yang bisa membuat kita meraih ridha Allah. Jangan niatkan untuk ketenaran, untuk adu kehebatan, untung saling menyombongkan diri, ingin menjatuhkan, dan perkara buruk lainnya. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
Kedua, Pastikan lagi poin pertama di atas, karena itu sangat penting.
Ketiga, Berilmulah terlebih dahulu sebelum berkata.
Sudah menjadi kaidah umum bahwa ilmu itu mutlak diperlukan sebelum berkata dan beramal, sebagaimana perkataan Al Imam Al Bukhari dalam kitab Shahih beliau. Dan kita sangat dilarang keras untuk berkata sesuatu tanpa ilmu, apalagi menyangkut tentang Allah, karena dosanya tidak kalah besar dengan syirik. Allah berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)" [QS Al-A'raf: 33]
Maka dari itu, jika memang tidak mempunyai ilmu tentang suatu topik diskusi, maka jangan ikut berkomentar di situ. Menyimak saja lebih afdhal.
Keempat, Gunakan bahasa yang baik, dan mudah dimengerti manusia, serta tidak ambigu.
Karena bahasa tulisan tidak dapat menunjukkan ekspresi muka, alias semua tertuang dalam tulisan yang tidak menampakkan mimik, maka penting sekali mengatur bahasa supaya tidak ada kesan kasar, dan tidak sopan. Namun hal ini tidak mutlak, tergantung siapa lawan diskusi kita. Tapi secara umum, hukum asalnya adalah, kita mestinya menjunjung norma kesopanan dan kelembutan dalam berbicara walaupun hanya lewat tulisan. Selain itu juga harus menghindari kalimat yang bermakna ganda, serta jauhi penggunaan istilah yang tidak selalu dimengerti oleh setiap insan. Bukankah masyhur sebuah perkataan yang artinya: "Berkatalah pada manusia sesuai kadar akal mereka, apakah engkau mau Allah dan Rasul-Nya didustakan?"
Kelima, Berikan loyalitas pada kebenaran, bukan pada pendapat kita.
Maksudnya adalah, diskusi itu sejatinya bukan untuk mempertahankan pendapat kita, tapi tujuan yang lebih mulia dari itu adalah untuk mencari kebenaran. Karena kebenaran tidak selalu ada pada kita, tapi bisa juga pada lawan diskusi.
Keenam, Berhentilah diskusi jika telah tampak tanda-tanda akan debat kusir yang tidak berujung. Karena sesungguhnya Rasulullah melarang kita untuk berdebat, walaupun kita di pihak yang benar.
Hal-hal yang Perlu Kita Hindari Ketika Diskusi
Pertama, Jauhi sesat pikir, atau istilah lainnya logical fallacy.
Logical fallacy itu pada intinya adalah cara berpikir yang salah, penggunaan logika yang tidak benar. Ia ada bermacam-macam, salah satu contohnya, strawman, yaitu menyalah-artikan argumen lawan, baik sengaja atau tidak sengaja, dengan melebih-lebihkan atau melencengkan makna dari argumen lawan diskusi, sehingga mudah untuk diserang. Kasus nyata yang bisa menjadi permisalan, Fulan mengatakan, "Sistem pemerintahan yang sah dalam Islam tidak hanya sistem khilafah, tapi juga sistem kerajaan.". Kemudian Alan berkata, "Wah, bisa-bisanya Anda mengatakan khilafah tidak wajib!". Padahal Fulan sedang berbicara keabsahan, bukan kewajiban. Dengan ini Alan bisa menjatuhkan argumen Fulan karena ia punya banyak stok dalil yang mewajibkan khilafah. Selain strawman, jenis logical fallacy yang lain dapat kita baca dalam bahasa Indonesia, di sini
Kedua, Jangan tempatkan perkataan manusia di atas Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
Maksudnya adalah, seringkali kita dapati ketika kita berikan sebuah ayat berikut tafsirnya oleh ulama, kita juga berikan sebuah hadits shahih, tapi lawan diskusi kita malah membenturkannya dengan perkataan seorang ulama lain atau tokoh tertentu. Padahal bisa jadi ulama tersebut belum tahu tentang hadits tersebut, atau melemahkan hadits itu, dan sebab lainnya. Tak jarang bahkan ada yang mencounter hadits dengan perkataan orang kafir. Tidak hanya sekali terjadi, penulis pernah berargumen bahwa khilafah berakhir sesudah 30 tahun pemerintahan khulafaur rasyidin berdasarkan hadits."Khilafah setelahku 30 tahun kemudian masa kerajaan." Namun uniknya, mereka menuduh penulis orang aneh karena berargumen seperti itu, dan mereka membawakan perkataan orang barat yang mengatakan khilafah runtuh tahun 1924. Tentu ini mengingatkan kita pada perkataan Yazid bin Habib -rahimahullah- :
ومنهم من يروي كلما سمع حتى أن يروي كلام اليهود والنصارى إرادة أن يعزر كلامه.
"Di antara mereka ada yang meriwayatkan setiap yang didengarnya, sampai-sampai ia menukil perkataan orang yahudi dan nasrani agar perkataannya dihormati!" [Al Ibanah]
Ketiga, Jangan tanggapi komentar orang-orang yang asal berbicara, hanya bisa menghina dan memandu sorak. Jangan pula pada mereka yang tidak memahami perkataan anda dengan baik dan bahkan tidak menguasai topik. Juga pada orang yang berusaha memecah fokus diskusi dengan mengalihkan topik baik secara halus maupun terang-terangan. Tanggapan kita terhadap orang bodoh semacam itu adalah kebodohan tersendiri.
Demikian beberapa hal yang bisa kami tuliskan tentang etika dalam berdiskusi di dunia maya. Semoga ada manfaatnya.
Duri, 5 Mei 2013
Ristiyan Ragil P
Ristiyan Ragil P?
BalasHapusRagil? Magelang
Rantja?
DP Inti? Smansa?
temennya yanu, dkk
maa syaa Allaah.. jebulnya..
Na'am.. Betul sekali..
BalasHapusIni mbak Fajarotul Munawaroh ya? Lama ngga jumpa ya mbak,. Maa Syaa Allaah..
Jazakillahu khaira, sudah mampir di blog saya... Hehehe
iya.. weleh.. masih inget aja nama lengkap saya.. hihi
Hapusiyaaa..
padahal saya sering ngikuti tulisan2 ant.. tapi baru ngeh.. weh, magelang.. gek2 Ragil yang kukenal.. ingetnya nama belakang.. bukan Ristiyan-nya.. Putradianto nya yang inget..
wa anta fajazaakallaahu khairan.. matur nuwun sanget.. saya banyak belajar dari tulisan2 ant & jawaban2 ant di grup.. saya pake fb adik krn ga punya fb (ga suka fb..hehe). namanya annisa fauziyah nur..