Jumat, 11 Mei 2012

Teladan dari Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini -hafizhahullah-

Ketika saya membaca buku Al Insyirah fi Adabin Nikah, yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul " Bekal-bekal Menuju Pelaminan Mengikuti Sunnah", karya Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini -hafizhahullah-, seorang muhaddits dari Mesir yang terkenal dan juga merupakan murid dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani -rahimahullah-, saya mendapati suatu bahasan yang menarik di footnote.
Ketika beliau sedang membahas sanad dari sebuah hadits, beliau mencantumkan perndapat para ulama tentang hadits tersebut, termasuk pendapat dari gurunya sendiri, Syaikh Al Albani. Berikut kutipannya:
"...Adapun penghasanan hadits ini oleh Syaikh Al Albani yang dijadikan sandaran olehnya maka tidak ada hujjah baginya sama sekali, kendati kedudukan Syaikh Al Albani yang sangat mulia dalam ilmu ini dan kedudukan beliau sebagai rujukan utama, dan sekiranya saya bersumpah di depan Ka'bah bahwa aku belum pernah melihat orang yang menandingi beliau, aku harap aku tidak melanggar sumpah itu! Namun walaupun begitu saya berkeyakinan bahwa hadits ini dha'if menurut pembahasan ilmiyah yang telah kita sebutkan tadi. Kami meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang ma'shum dari kesalahan selain para nabi. Setiap orang diterima dan ditolak ucapannya kecuali Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-.

Kemudian saya melihat dalam Dha'if Al-Jami' Ash-Shaghir (no: 1073) bahwa Syaikh Al Albani juga mendha'ifkan hadits tersebut. Hal itu menguatkan penelitian yang kami ketengahkan tadi, Alhamdulillah!.."

Pelajaran yang dapat saya ambil dari penjelasan beliau di atas adalah, hendaknya seseorang tidak fanatik dengan gurunya, karena kebenaran bukan dilihat dari tokoh, tapi kita mengenal tokoh karena kebenaran. Sekalipun Syaikh Al Albani adalah seseorang yang dikatakan oleh Syaikh Abu Ishaq sebagai muhaddits yang tidak tertandingi, rujukan utama dalam ilmu hadits, dan sebagainya, namun tidak menutup mata beliau untuk mengoreksi gurunya tersebut, jika memang keliru. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan berkaitan dengan isi tulisan. Hindari berkata tanpa ilmu dan bertanya yang tidak berfaidah.