Dalam menulis artikel atau karya ilmiah yang ditujukan untuk umat, diperlukan keikhlasan dan sikap inshaf (objektif) serta menjauhkan diri dari hawa nafsu dan upaya mencari pembenaran. Namun, seorang da’i atau juru dakwah hanyalah manusia biasa yang tidak maksum dari kekeliruan, atau bahkan tidak luput dari sikap khianat akibat fanatisme madzhab atau kelompok. Berikut beberapa contohnya:
1. Khianat dalam Penerjemahan
Kasus khianat dalam terjemahan ini banyak sekali, mungkin termasuk yang terbanyak di antara yang lain. Salah satu contohnya adalah ketika menerjemahkan kalimat Ibnu Hajar Al ‘Asqalani:
1. Khianat dalam Penerjemahan
Kasus khianat dalam terjemahan ini banyak sekali, mungkin termasuk yang terbanyak di antara yang lain. Salah satu contohnya adalah ketika menerjemahkan kalimat Ibnu Hajar Al ‘Asqalani:
واما معاوية ومن بعده فكان أكثرهم على طريقة الملوك ولو سموا خلفاء
"Adapun Mu'awiyah dan orang-orang sesudahnya kebanyakan berada pada thariqah para raja, sekalipun mereka disebut khalifah."Ternyata ada yang menerjemahkan berbeda:
"Adapun Muawiyah dan orang-orang setelahnya sebagian besar mereka menggunakan metode kerajaan, sekalipun demikian mereka tetap disebut Khalifah."Perhatikan kata yang dicetak tebal. Beda satu kata saja namun membuat kedua terjemahan di atas mempunyai sisi penekanan yang berkebalikan. Sehingga artinya pun akan berbeda dan menggiring kepada opini yang berbeda pula.