Selasa, 27 November 2012

Mensyukuri Nikmat Lupa

Lupa merupakan tabiat dasar manusia. Dalam bahasa Arab, manusia diterjemahkan sebagai al-insaan, yang berasal dari kata nasiya (lupa), karena dahulu manusia itu diberi amanah namun lupa terhadap amanah tersebut. Dan karena itu pula dikatakan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

Sebagian dari kita memandang lupa sebagai sesuatu yang buruk dan tidak disukai. Padahal, lupa adalah salah satu dari sekian banyak nikmat Allah yang dianugerahkan kepada setiap insan. Bukankah Allah berfirman bahwasanya nikmat dari-Nya itu amat banyak sampai kita tidak kuasa menghitungnya? Dan bukankah kadang kita baru menyadari dan mensyukuri suatu nikmat setelah dicabutnya nikmat itu dari kita?

Selasa, 20 November 2012

Hidup Lebih Indah dengan Senyuman

Kadang beratnya permasalahan hidup membuat kita lebih banyak cemberut daripada tersenyum. Padahal menurut para ahli, jumlah otot yang bekerja ketika cemberut lebih banyak daripada tersenyum. Muncul pertanyaan, kalau begitu kenapa kita mudah cemberut? Kenapa susah tersenyum? Mungkin salah satu jawabannya, adalah sabda Rasulullah:

Janganlah kalian saling benci, jangan saling hasad, jangan saling membelakangi, dan jangan saling memutus hubungan, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. [HR Al Bukhari dan Muslim]

Kok bisa? Ya, karena seperti kata para ulama, wajah kita adalah cermin hati. Hati yang penuh kebencian dan hasad, ia akan tampak pada raut muka. Hati yang marah akan terlihat pada ekspresi wajah. Keadaan jasad kita, tergantung pada hati kita. Betapa tidak, Rasulullah bersabda:

Ketahuilah bahwasanya pada setiap tubuh seseorang ada segumpal daging. Jika dia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya. Namun apabila dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwasanya segumpal daging tadi adalah hati. [HR Al Bukhari dan Muslim]

Selasa, 13 November 2012

Jangan Buat Mereka Lari..

Berdakwah kepada masyarakat bukanlah perkara yang mudah, tak selalu diterima dan tak jarang mendapat penolakan keras. Sebagian menerima, sebagian malah lari dari dakwah kita. Hidayah memang milik Allah, namun Dia membuat hidayah itu teranugerahi kepada seseorang melalui usaha. Dan tentunya, usaha kita mengajak manusia kepada hidayah mesti merujuk pada sebaik-baik teladan, yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika mengutus sahabat Mu'adz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy'ari -radhiyallahu 'anhumaa- untuk berdakwah ke Yaman, beliau menyampaikan pesan emas kepada kedua sahabat tersebut: 

"Berilah kemudahan dan jangan mempersulit, Berilah kabar gembira dan jangan membuat mereka lari.." [HR Bukhari dan Muslim].

Meskipun pesan tersebut singkat, namun maknanya sangat luas dan mendalam. Disebutkannya "jangan mempersulit" sebagai antonim setelah "berilah kemudahan", memberikan faidah penegasan, bahwa perintah tersebut tidak hanya sekali saja, namun dalam segala kondisi. Karena bisa jadi seseorang memberi kemudahan pada orang lain di satu waktu namun di waktu yang lain dia mempersulit. Begitu pula perintah memberi kabar gembira dan larangan membuat lari. Demikian yang dijelaskan oleh Imam An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.

Rabu, 07 November 2012

Islam Bukan Milikku Seorang

Saat ini kita hidup di zaman di mana problematika umat begitu kompleks dan sistemik. Kemaksiatan dan kebid'ahan tersebar di mana-mana, sedangkan orang yang berpegang teguh pada agama jumlahnya tak banyak. Ketika ada kasus yang menghebohkan, semisal "Goyang Ngebor", maka kaum muslimin bertanya, kemana pemerintah/MUI? Kemana para 'ulama? Subhanallah, seolah-olah permasalahan itu hanya tanggung jawab para 'ulama saja. Padahal, hal semacam itu eksis karena adanya pasar. Siapakah konsumen pasar televisi dan media di negeri ini? Kaum muslimin. Maka dari itu, permasalahan ini bukanlah tanggung jawab para 'ulama saja, akan tetapi juga kaum muslimin seluruhnya. Islam bukan hanya milik mereka, bukan milik saya saja. Islam milik kita semua. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan berbagai permasalahan umat, dibutuhkan kerja sama dari semua pihak.

Diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy’ari bahwa Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam berpesan: "Mudahkanlah dan jangan persulit, berilah kabar gembira dan jangan buat orang lari, tolong menolonglah dan jangan berselisih." [HR Bukhari dan Muslim]

Senin, 05 November 2012

Indahnya Kesan Pertama

Pada suatu hari, Fulan pergi berwisata kuliner di sebuah kota. Ia nampak penasaran ingin mencoba masakan khas setempat. Lalu, datanglah ia ke sebuah rumah makan dan mencoba salah satu menu. Apa yang terjadi? Ternyata rasanya tidak karuan! Sayurnya kurang matang, bumbunya tidak berasa dan malah sedikit keasinan, ditambah pelayanannya kurang ramah, lengkap sudah. Kira-kira, apa Fulan akan kembali lagi ke rumah makan itu lagi? Apa Fulan akan menceritakan ke temannya hal-hal yang baik tentang rumah makan itu? Saya rasa tidak. Maka, itulah yang namanya kesan pertama, sesuatu yang menjadikan kita punya anggapan terhadap sesuatu, hanya dengan sekali atau dua kali singgungan.