Senin, 21 Juni 2010

Mencontek Adalah Kebohongan

Disarikan dari Khutbah Jumat di Masjid Salman ITB tanggal 22 Mei 2009 oleh Bpk Ihsan Setya Putra. Tulisan ini dimaksudkan untuk menyadarkan dan mengingatkan penulis dan pembaca supaya terus berkomitmen untuk tidak mencontek.

Belakangan ini kita melihat di gerbang depan ITB terdapat karangan bunga bertuliskan “Turut Berduka Cita atas Mahasiswa yang Mencontek, Kampanye UAS Bersih”. Memang di ITB sedang masa UAS, sehingga saya kira tulisan itu cukup mengena dan bermanfaat.
Mencontek adalah sebuah kebohongan. Kebohongan biasanya akan menghasilkan kebohongan lain untuk menutupi kebohongan itu. Dengan mencontek, kita sudah membohongi banyak orang : Dosen yang mengajar kita yang berharap bisa mengukur potensi kita sendiri tanpa bantuan orang lain, orang tua yang telah menitipkan kita ke institusi, teman-teman kita yang tidak tahu kalau kita mencontek, dan lain-lain. Lain-lain di sini tidak sedikit. Kalau kita lulus, kita apply ke perusahaan, katakanlah 5 perusahaan saja, maka kita telah membohongi semua HRD dan recruiter yang membaca transkrip kita, karena nilai di transkrip itu telah tercemar oleh hasil contekan kita. Okay katakanlah hasil kita mencontek hanya menyumbang sekian angka di belakang koma dari IPK kita, tetapi apakah kita lupa kalau Allah pernah berfirman:
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula (QS Al Zalzalah : 8 )
Zarrah, atau biasa kita sebut atom atau elektron, massanya sangat kecil, sekitar 9.10938188 × 10-31 kilogram. Katakanlah contekan kita hanya berpengaruh di 7-10 angka di belakang koma, masih jauh lebih besar dari zarrah..

Kebohongan adalah dosa, sebisa mungkin harus dihindari. Oleh karena itu, cara menghindarinya adalah dengan selalu mengingat Allah swt ketika kita akan ujian, berdoa supaya kita bisa mengerjakan ujian dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan tanpa mencontek. Selain itu kita harus menjauhi teman-teman yang mencontek karena kita bisa tertular. Mungkin saja kita awalnya mau jujur tapi melihat teman mencontek, akhirnya tergoda karena kita merasa tidak adil sehingga ikut mencontek.

Hanya kepada Allah kita berserah diri dan memohon taufiq-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan berkaitan dengan isi tulisan. Hindari berkata tanpa ilmu dan bertanya yang tidak berfaidah.