Selasa, 04 Agustus 2015

Aqidah Salafi tapi Manhaj Ikhwani-Haraki

Fadhilatusy Syaikh Al Albani ditanya:

Ada sebagian da'i yang memisahkan antara aqidah dan manhaj sebagai pegangan, maka Anda dapati aqidahnya salafiyah namun manhajnya dalam dakwah ilallah adalah ikhwani, haraki, hizbi, siyasi, tablighi atau semacam itu. Apakah boleh yang demikian itu bagi mereka?

Jawaban beliau:

Aku tidak berkeyakinan bahwa seseorang salafi dalam aqidah dan suluk akan mungkin mengikuti manhaj Al Ikhwan Al Muslimun dan yang semisalnya. Kami mengetahui dari sejarah jama'ah Al Ikhwan Al Muslimun yang bersifat hizbiyyah, bahwa telah berlalu lebih dari setengah abad namun tidak memberi manfaat ke diri mereka sendiri, apalagi ke selain mereka sesuatu pun. Demikian itu disebabkan, sebagaimana perkataan "Orang yang tidak punya sesuatu, tak akan bisa memberikan sesuatu".

Maka mereka ini, semenjak dikumpulkan dan disatukan oleh mursyid mereka, Hasan Al Banna -rahimahullah- di atas manhaj yang menyelisihi manhaj Qurani yang mengatakan misalnya: "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Sistem Al Ikhwan Al Muslimun dibangun atas asas yang aku ibaratkan dari diriku sendiri, yang mereka tidak mampu untuk mengingkarinya dan tidak akan ada yang berani mengingkarinya, dan cukuplah keadaan mereka menjadi hujjah bagi pernyataan ini, dan hujjah atas mereka. Asas mereka adalah mengumpulkan dan menyatukan manusia yang di antara mereka berselisih aqidah dan suluk atau fiqih. Kemudian mereka mendidik, berkumpul kemudian mendidik. Atas asas inilah berdirinya mereka selama bertahun-tahun. Akan tetapi kenyataan berbicara lain, bahwa tidak ada namanya pendidikan di sana, yang ada hanya pengumpulan saja. Buktinya adalah tidak akan ditemukan di Al Ikhwan Al Muslimun di negeri-negeri yang berbeda, sebuah pengikat pemikiran, pengikat aqidah. Kenyataan juga berkata bahwa Al Ikhwan Al Muslimun di Mesir berbeda dengan yang di Yordania, dan berbeda pula dengan yang di Suriah. Bahkan Suriah utara dan selatan pun berbeda.

Aku mengetahui hal ini karena aku hidup di Damaskus, Suriah sebagaimana kalian ketahui. Dan sebagaimana kata pepatah "Ahli Makkah lebih mengetahui seluk-beluknya" dan "Tuan rumah lebih mengetahui isi dalamnya". Maka aku tahu bahwa Al Ikhwan Al Muslimun di Damaskus sangat terkesan dengan dakwah salafiyah dari sisi aqidah dan sisi ibadah. Sebabnya jelas karena berkembangnya dakwah salafiyah di Damaskus, kemudian di Aleppo.

Dan dalam Nizham Usrah Al Ikhwan Al Muslimun mengajarkan Fiqhus Sunnah karya Sayyid Sabiq, Ikhwanul Muslimin. Dan tidaklah aneh sebab Sayyid Sabiq adalah sahabat dekat Hasan Al Banna -rahimahullah-, dan kitab ini juga diakui oleh Hasan Al Banna dalam Muqaddimah-nya. Maka sewajarnya mereka menjadikan kitab ini sebagai pegangan di negeri-negeri yang terdapat harakah mereka. Akan tetapi kamu akan dapati hal yang menakjubkan dimana tidak ada kesatuan pemikiran dan pendidikan pada mereka. Ketika diajarkan di Damaskus, kitab ini diperangi oleh Al Ikhwan Al Muslimun yang di bagian utara. Mereka katakan, kitab ini tidak boleh diajarkan karena pengarangnya seorang Wahabi. Padahal pengarangnya seorang Al Ikhwan Al Muslimun dan termasuk penolong Hasan Al Banna.

Al Ikhwan Al Muslimun semenjak terbentuknya, tidak pernah berubah bentuk kecuali sebagai sebuah sistem ketentaraan (nizham 'askariy), mereka menamakan diri mereka dengan harakiyyin, dan mereka berbeda dengan selain mereka dari kalangan jama'ah dan partai dengan nisbah ini, harakiyyin. Aku katakan, benar, mereka harakiyyin. Akan tetapi sebagai sebuah sistem ketentaraan. Kamu tahu terkait sistem ketentaraan?
.....

Aku tidak percaya ada kelompok dari kalangan salafiyyin di negara mana saja di dunia ini yang mungkin mengikuti manhaj Al Ikhwan Al Muslimun. Karena manhaj mereka ini, sebagaimana aku jelaskan tadi, tegak di atas dasar berkumpul dahulu kemudian baru dididik, dan tiadanya hasil dari semua ini adalah dalil terbesar akan hal ini. Jika memang benar ada sekumpulan salafiyyin baik besar maupun kecil yang mengambil manhaj Al Ikhwan Al Muslimun dalam dakwah, niscaya akan kamu dapati mereka tak lepas dari dua perkara dan tak ada yang ketiganya, yaitu: Mereka akan kembali ke pangkuan dakwah salafiyah dan yang demikian itu baik bagi mereka dan lebih kekal, atau, mereka akan menyia-nyiakan warisan berharga yang telah mereka peroleh selama bertahun-tahun ini karena kesibukan mereka mempraktekkan manhaj Al Ikhwan Al Muslimun, yaitu berkumpul dan menyatukan tanpa ada kesatuan pemikiran..


dari kaset Silsilah Al Huda wan Nuur, no. 609

http://www.alalbany.net/2161

1 komentar:

  1. saya pernah dengar, bahwa saudara kita di suriah. dimana orang-orang ahlussunnah di sana "acuh" terhadap politik di negara mereka sendiri. lebih mementingkan mengaji/menuntut ilmu. akhirnya orang syiah (yg hanya 10%) mengambil kesempatan dan menguasai suriah. hingga saat ini orang syiah telah membantai orang2 ahlussunnah.

    bagaimana penjelasan untuk hal ini?

    BalasHapus

Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan berkaitan dengan isi tulisan. Hindari berkata tanpa ilmu dan bertanya yang tidak berfaidah.