Senin, 05 November 2012

Indahnya Kesan Pertama

Pada suatu hari, Fulan pergi berwisata kuliner di sebuah kota. Ia nampak penasaran ingin mencoba masakan khas setempat. Lalu, datanglah ia ke sebuah rumah makan dan mencoba salah satu menu. Apa yang terjadi? Ternyata rasanya tidak karuan! Sayurnya kurang matang, bumbunya tidak berasa dan malah sedikit keasinan, ditambah pelayanannya kurang ramah, lengkap sudah. Kira-kira, apa Fulan akan kembali lagi ke rumah makan itu lagi? Apa Fulan akan menceritakan ke temannya hal-hal yang baik tentang rumah makan itu? Saya rasa tidak. Maka, itulah yang namanya kesan pertama, sesuatu yang menjadikan kita punya anggapan terhadap sesuatu, hanya dengan sekali atau dua kali singgungan.

Mengapa kesan itu begitu penting bagi seorang muslim? Mengapa perlu memberikan kesan yang baik/indah dan menghindari kesan buruk? Mari kita simak penuturan Jabir bin 'Abdullah -radhiyallaahu 'anhumaa- :
Kami pernah berada dalam satu peperangan, lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki dari kalangan Muhajirin mendorong seseorang dari kalangan Anshar. Lalu orang Anshar itu berkata: "Wahai orang-orang Anshar!". Dan orang Muhajirin itu juga berkata: "Wahai orang-orang Muhajirin!". Rasulullah -shallallaahu 'alaihi wasallam- pun mendengar hal tersebut, lalu bersabda : "Ada apa dengan seruan-seruan Jahiliyyah ini?!". Mereka berkata : "Wahai Rasulullah, seorang laki-laki dari kalangan Muhajirin mendorong seseorang dari kalangan Anshar". Beliau bersabda : "Tinggalkanlah hal itu, karena ia sesuatu yang busuk". Lalu 'Abdullah bin Ubay mendengarnya dan berkata : "Lakukanlah, demi Allah, seandainya kita kembali ke Madinah, niscaya orang-orang mulia akan mengusir orang-orang hina". Sampailah perkataannya itu kepada Nabi -shallallaahu 'alaihi wasallam-, lalu berdirilah 'Umar dan berkata : "Wahai Rasulullah, biarkan aku menebas leher orang munafik itu!". Maka Nabi -shallallaahu ‘alaihi wasallam- bersabda : "Biarkanlah ia, sehingga orang-orang tidak mengatakan bahwa Muhammad telah membunuh shahabatnya" [HR Al Bukhari].

Lihatlah kebijaksanaan beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- ini. Siapa di antara kita tidak tahu Abdullah bin Ubay bin Salul? Tokoh munafik Madinah yang sering menyakiti Rasulullah, yang kata-katanya di atas sampai diabadikan dalam Al Quran. Seandainya Rasulullah memerintahkan untuk membunuh beliau, niscaya sahabat-sahabat beliau tidak akan protes karena saking banyaknya ulah tokoh ini dalam meresahkan umat Islam. Namun, Rasulullah melarangnya, karena Abdullah bin Ubay dikenal di masyarakat nonmuslim sebagai sahabat Nabi, walaupun hakikatnya munafik. Jika beliau membunuhnya, maka akan ada kesan buruk di antara masyarakat tentang Muhammad -shallallahu 'alaihi wasallam-. Akibatnya mereka enggan masuk Islam.

Kisah lain yaitu ketika Fathul Makkah, 'Aisyah -radhiyallahu 'anhaa- bertanya kenapa Rasulullah membiarkan kondisi Ka'bah saat itu yang telah mengalami perubahan dari aslinya, maka beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, seandainya bukan karena kaummu baru saja lepas dari kekufuran, niscaya aku akan meruntuhkan Ka'bah dan menjadikannya sesuai dengan bangunan Ibrahim…" [HR Al Bukhari dan Muslim]. Inilah sikap hikmah beliau untuk mencegah kesan buruk di antara para sahabat beliau sendiri yang baru saja masuk Islam.

Dan ketika di hari Fathul Makkah, Sa'ad bin Ubadah berkata, "Hari ini hari pembalasan, hari dihalalkannya tanah haram, hari dimana Allah menghinakan Quraisy", lalu Rasulullah menukas, "Sa'ad keliru. Hari ini adalah hari diagungkannya Ka'bah dan dimuliakannya Quraisy". [HR Al Bukhari]. Kemudian beliau bertanya kepada ahlul Makkah "Apa yang kira-kira akan aku lakukan pada kalian?", Mereka menjawab, "Perlakuan baik, wahai saudara kami yang mulia, anak dari saudara yang mulia..", Maka Rasulullah pun mengatakan, "Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang. Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!" [HR Al Baihaqi] Inilah akhlak Rasulullah dalam memberikan kesan yang indah di antara manusia. Maka orang-orang Quraisy pun berbondong-bondong masuk Islam. Segala puji bagi Allah -Tabaraka wa Ta'ala-.

Rasulullah menekankan pentingnya menimbulkan kesan baik dengan akhlak yang lembut/jinak dalam bergaul, sabda beliau:
المؤمن يألف ولا خير فيمن لا يألف ولا يؤلف
Seorang mukmin itu lembut (bersahabat), dan tidak ada kebaikan bagi yang tidak lembut dan tidak mau diajak lembut. [HR Ahmad]

Beliau -shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا
"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." [HR At Tirmidzi]

Hendaknya kita juga bercermin sebelum berbuat sesuatu ke orang lain, apakah kita suka jika kita diperlakukan seperti itu? Tanya pada diri kita sendiri, apa kesan yang saya dapatkan jika saya diperlakukan orang lain seperti ini? Sebagaimana sabda Rasulullah:
“Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka ketika maut menjemputnya hendaknya dia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, memperlakukan orang lain sebagaimana pula dirinya ingin diperlakukan demikian." [HR Muslim].

Mari kita perbaiki akhlak kita, diri penulis dan pembaca semuanya. Timbulkanlah kesan yang baik kepada orang lain, baik itu muslim mapun nonmuslim, dan sebaliknya, jangan sampai timbul kesan buruk tentang Islam dan kaum muslimin hanya karena perilaku kita yang buruk. Jika ada saudara-saudara kita yang memberantas kemungkaran dengan kemungkaran seperti yang dilakukan sebuah front yang mengatasnamakan Islam, maka nasehatilah dan jangan dibela, karena dengan perbuatan mereka telah luas tersebar kesan bahwa Islam itu penuh kekerasan, padahal sebenarnya tidak. Tidak perlulah kita turun ke jalan dan mengganggu ketertiban umum sehingga menimbulkan kesan buruk. Rasulullah dan para sahabatnya tidak mencontohkan yang demikian, dan mereka adalah sebagai sebaik-baik teladan. Semoga Allah memberi hidayah pada kita semua. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan berkaitan dengan isi tulisan. Hindari berkata tanpa ilmu dan bertanya yang tidak berfaidah.